Sabtu, 04 Oktober 2014

Politik Walk Out dan Mentalitas Bangsa

Politik Walk Out dan Mentalitas Bangsa
Beberapa dari kita sebagai anak bangsa mungkin akan bahagia melihat parlemen yang dengan begitu dramatisnya terbentuk dari kontestasi politik berbasis demokrasi yang menurut berapa orang ideal dan sudah cukup memadai. Terapi semakin kesini, terasa begitu semakin kuat warna keberpihakan yang menggerus semangat demokrasi yang secara ideal juga mengatakan bertujuan untuk kesejahteraan rakyat. Kontradiksi ini terjadi bukan tanpa sebab, secara mendasar hal ini terbentuk juga karena kontribusi kita sebagai konstituen memilih wakil rakyat. Nah, sedikit demi sedikit hasil dari pilihan kita sebagai voter mulai memperlihatkan wujud aslinya. Baik dari sisi pro maupun yang kontra, baik yang berpihak pada rakyat dengan koalisi tertentu atau yang berpihak pada rakyat dengan sejarah tertentu. Sebagai praktisi manajemen mungkin tidak pada tempatnya penulis memberikan kritik terhadap apa yang muncul di televisi beberapa hari terakhir, terkait prilaku para pemegang amanah rakyat ini. Sebagian dari kita yang memilih para wakil rakyat ini atau tidak memilih sejatinya membentuk sejarah pada hari ini. Sudah bisa kita bayangkan apa yang akan terjadi pada negeri in, tidak bermaksud melankolis, Penulis yakin semua yang melihat kejadian beberapa minggu ter-akhir digedung parlemen akan menyadari, ada sesuatu yang tidak benar. Dan jika sebagian kita merasa ini wajar, maka penulis tidak bisa berkomentar untuk itu. Beberapa hal yang menjadi catatan penulis adalah, apa yang sudah diusahakan dan diperjuangkan oleh kelompok masyarakat sipil akan tidak berarti apa-apa jika cara menerima kritik dan upaya memperbaiki diri tidak secara besar hati diwujudkan untuk tetap duduk dan hadir dalam ruang parlemen, memilih walk out sudah bukan pilihan yang tepat dengan kondisi sekarang ini. Upaya negosiasi antar pihak untuk kebaikan bangsa dan tujuan kesejahteraan masyarakat negeri ini perlu menjadi prioritas setiap orang. Jika ini belum menjadi idiologi dari para wakil rakyat maka secara simulatif kita sebagai penonton yang telah diputus hanya akan berguna dan bisa berpartisipasi ketika memilih wakil rakyat bukan kepala daerah sebaiknya memberikan kesadaran pada kita akan kenyataan salah memilih akan berdampak besar pada masa depan generasi dan cita-cita kebangsaan. Pertayaan kritis dari penulis yang muncul ditengah-tengah drama walk out adalah, dimana para wakil rakyat ini menempatkan kami para pemilih dan apakah mereka sadar apa dampak prilaku mereka pada mental kami para pemilih.
Sumber Foto: http://www.aktual.co/
Posted by: Konsultan Pemberdayaan Konsultan Manajemen Updated at : 10.10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar