Jumat, 09 Mei 2014

Evaluasi Program tanpa "Perencanaan"

manajemen perencanaan evaluasi
Inilah fakta yang penulis temukan, pada beberapa jurusan yang merupakan jurusan strategis secara prinsip mengembangkan konsep manajemen sebagai alat utama penunjang idiologi keilmuannya tidak menjadikan mata kuliah Perencanaan sebagai mata kuliah dasar yang merupakan fondasi dari konsep besar Pemberdayaan yang coba dibangun, ya, benar temuan ini dikumpulkan dari hasil diskusi dengan mahasiswa dampingan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. Jurusan yang diorientasikan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat karena syarat dengan misi dakwah ini, seakan menjadi tidak memiliki arah yang jelas, hanya karena hal kecil yaitu, tidak adanya peta jalan pengembangan jurusan dan keilmuan Pengembangan Masyarakat Islam. Inilah yang menjadi dasar penulis memahami fenomena yang datang satu-persatu dan membukakan mata penulis pada fakta berikut. Jika ditinjau lagi lebih dalam, kesan gagal berkembang yang muncul pada persepsi penulis sebagai orang luar yang memberikan asistensi pada calon-calon pendamping masyarakat datang dari intensitas interaksi dengan mahasiswa tingkat akhir yang dalam hitungan bulan akan menyelesaikan kuliah mereka. Selain itu, menurunya tingkat kekritisan mahasiswa yang dalam sejarah perkembangan kampus, dimana UIN Syarif Hidyatullah merupakan kampus yang cukup diperhitungkan kekritisannya pada masa-masa jaya dahulu. Semakin berkembang kesini dan jika dilihat kebelakang serta dihitung dari tahun 2003, maka perubahan ekstrem dari budaya kampus yang tadinya mengedepankan intelektualitas dan visi perdaban yang tinggi, berubah menjadi kultur kampus yang pragmatis dan berorientasi jangka pendek. Hal ini ternyata mempengaruhi mahasiswa yang berkuliah di jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. Bagaimana tidak, hampir 95 persen mahasiswa yang penulis dampingi menargetkan penyelesaian kuliah dengan kualitas apa adanya, walaupun diawal pendampingan mereka telah menyatakan kekhawatiran mereka karena merasa tidak memiliki nilai jual yang sebanding dengan lulusan jurusan sekuler lainya. Tapi apa mau dikata, orang tua dirumah dan masyarakat sekitar memaksa mereka untuk menyelesaikan perkuliahan karena mereka telah menempuh tahun-tahun yang panjang, pulang dan pergi menuju dan dari Ciputat. Diawal pendampingan kesan ketidakberdayaan dari mahasiswa yang bermaksud menjadi Pemberdaya ini justru menjadi warna gelap yang mereka rasakan selama menempuh tahun-tahun perkuliahan. Selanjutnya, Penulis menemukan satu-persatu ruang kosong yang memang menimbulkan kesimpulan bahwa Jurusan ini bertahan dan dipertahankan hanya untuk menampung individu yang tidak disediakan tempat untuk mengikuti perkembangan zaman dan sejarah negeri ini, bahwa kesan yang muncul, jurusan ini hanya orientasikan untuk menjadi museum sejarah yang tidak lagi relevan dengan zaman. Penulis menilai, begitu kejamnya birokrasi dan otoritas yang memandulkan perkembangan jurusan ini, selain sama menyedihkannya nasib mahasiswa dan alumni yang tidak dikasih kesempatan untuk melakukan perbaikan. lebih dari sepuluh tahun berdiri, tidak ada satu pun alumni yang menjadi role model perubuahan menyambut mahasiswa baru dan anak-anak muda yang masih memiliki semangat dalam kebingungan mereka.(Google+)   Baca Juga: Konsep Nagari dan Pemberdayaan
Posted by: Konsultan Pemberdayaan Konsultan Manajemen Updated at : 21.23

Tidak ada komentar:

Posting Komentar