Intensitas monitoring merupakan bagian yang terhubung dan tidak bisa di putus dari sebuah rangkaian pengelolaan CSR. Pada kesempatan ini monitoring CSR adalah topik pembicaraan kita bertujuan untuk melihat berapa signifikan tahapan ini dan berapa perlu Monitoring CSR. Dari pengalaman penulis menjalankan prosess monitoring dalam berbagai proyek yang pernah Penulis pimpin, beberapa pelaku lapangan sering memiliki asumsi dan prasangka bahwa monitoring merupakan sebuah ritual program yang mesti dijalankan, walaupun terkesan tidak diperlukan. Lalu bagaimana respon Penulis ketika mengetahui petugas lapangan dengan jujur menyatakan ini. Dari sini Penulis mendalami fakta dan temuan ini, jika diperhatikan dan diperbandingkan dengan pengalaman petugas lapangan pada waktu itu, mungkin saja ada benarnya. Karena para atasan sebelumnya dimana dia bekerja, menjalankan ritual monitoring dalam bentuk yang terkesan tidak memberikan makna serta tidak memperlihatkan tanggungjawab yang semestinya, apalagi diukur. Sa'at itu Penulis memberikan pemahaman melalui simulasi keadaan dan bermain peran dengan menjadikan petugas lapangan sebagai seorang penaggungjawab program dan memiliki ambisi dan tujuan mensukseskan program tersebut. Lalu Penulis meminta petugas lapangan melakukan refleksi dan mengambil pembelajaran dari pengalamannya tersebut. Setelah itu memetakan hal yang kurang dan hal yang sudah baik. Dari pengalaman ini, petugas lapangan secara bertahap mendapatkan pencerahan dari pengalaman ini dan secara rutin akhirnya menjalankan tahapan monitoring dari bagian tidak terpisahkan dari sebuah tanggung jawab program, dan mencapai sebuah kesepakatan bahwa monitoring merupakan tanggungjawab semua orang. Sekilas muncul pertanyaan dikepala kita, lalu bagaimana seorang penanggungjawab Proyek CSR memanfa'atkan peluang monitoring sebagai cara memperkuat kohesi (Ikatan) sosial dan membangun semangat refleksi sebagai landasan melihat konsitensi serta perubahan-perubahan yang diperlukan dalam menjaga semangat dan tujuan program CSR. Selain berguna sebagai cara menjaga ritme tapi juga sebagai media membangun rasa tanggungjawab dan kepemilikan program pada komunitas dampingan. Dengan tumbuhnya rasa kepemilikan terhadap program salah satu dampak jangka panjangnya adalah semakin besarnya peluang, bahwa ada atau tidak pendamping dilapangan maka program akan tetap menjadi kepentingan setiap orang. Dan jika program sudah tidak menadapatkan dukungan keuangan dari donatur pun, Program yang telah menjadi kepentingan bersama ini, akan bertahan dengan cara yang tidak pernah kita perhitungkan. (Google+)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar