Pada suatu siang, dalam perjalanan menuju kantor salah satu LSM dibilangan pasar minggu, perjalanan penulis terhenti oleh sebuah kenyataan pahit dengan semakin pudarnya peran negara di negeri ini. Kenyatan yang penulis maksud adalah segerombolan anak berumur antara 9-12 tahun duduk bergermbol disebuah pojok perumahan yang memang terkenal sepi dan bersama-sama menghisap rokok dari merek yang cukup populer. Kejadian yang membuat penulis terbawa pada sejarah masa kecil penulis yang jauh berbeda dengan kondisi anak-anak yang hidup pada zaman ini. Pada awal-awal 90 penulis masih sangat ingat bagaimana ketika penulis melewati perkampungan yang agak jarang penulis lewati, selalu ditanyai oleh orang dewasa sekitar kampug, mau kemana nak, apa kamu baik-baik saja?, Menjadikan penulis yang waktu itu masih berumur 12 tahunan menjadi sadar betul bahwa lingkungan sekitar mengawasi setiap gerak-gerik orang dalam sebuah ikatan imaginer yang disebut ikatan sosial. Kembali pada segerombolan anak tadi, Apa yang terjadi sa'at ini sangatlah berbeda, gerombolan anak-anak yang menghisap rokok dan seakan tidak mempedulikan orang disekitar mereka disambut baik oleh orang dewasa yang lalu lalang dijalan perumahan dengan melakukan pembiaran serta pengabaiaan. Tidak sedikitpun keluar teguran atau pertanyaan dari mulut mereka (para orang dewasa), mengenai prilaku yang tidak lumrah tersebut. Dalam pandangan penulis, mungkin standar nilai dan prilaku, serta model ikatan sosial telah mengalami degradasi, dari model masyarakat yang komunal dan memiliki ikatan sosial yang tangguh, menjadi masyarakat yang individual dan memilki ikatan sosial yang lemah. Nah semakin terbuka juga pandangan penulis pada bentuk fakta terhadap jual beli rokok yang memperbolehkan dan mengamini anak-anak untuk dapat mengakses barang berbahaya tersebut. Penulis menyadari betul bahwa penulis pernah menjadi seseorang yang begitu tergantung pada rokok dan menurut penulis itu merupakan masa-masa kelam yang menjadi pemicu unutk menjadi lebih baik dengan berhenti dan tidak meneruskan kebiasaan ini. Nah dalam konteks, anak-anak yang membeli dan mengkonsumsi rokok dimana sudah pasti mereka mendapatkannya dari penjual yang bukan anak-anak, apakah negara tidak memiliki peran serta tanggungjawab pada generasi penerus bangsa agar terlindungi masa depan mereka dari ketergantungan serta dampak buruk rokok. Dan sudah jelas, para anak ini belum mampu menentukan pilihan rasional dalam hidup mereka. Ketidakmampuan ini semakin disuburkan oleh ketidak pedulian dan pengabaian oleh orang dewasa dan dilupakan oleh Negara, sehingga penyimpangan prilaku diamini oleh budaya dan lingkungan yang kian hari kehilangan identitasnya.(Google+)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar