Senin, 06 Mei 2013

Peran Pengganti Pak Ogah atas hilangnya Peran Negara

peran pengganti pak ogah atas hilangnya peran negara
Dari sebuh perjalan kecil dalam kota, tepatnya ibukota jakarta dan sekitarnya, penulis memperhatikan betapa berjasanya seorang Pak Ogah yang dalam pandangan pengguna jalan, mereka adalah parasit pengganggu yang tidak memiliki pekerjaan, sehingga mencari kesempatan dalam kehiruk pikukan ibukota dengan melakukan pemalakan setidaknya seratus rupiah permobil yang lewat atau butuh bantuan disebrangkan. Jika dikaji lebih dalam, seorang Pak Ogah mungkin tidak memiliki pekerjaan yang mapan atau pasti dalam keseharian mereka, karean jika mereka memiliki pekerjaan yang pasti maka sudah pasti mereka tidak akan menjadi seorang free rider. Tapi dibalik itu semua ada konspirasi yang mesti pertanggungjawabkan oleh negara dan pengelola negara Indonesia yang kita cintai ini. Apa itu, dalam pemahaman yang tidak begitu rumit, Penulis ingin memberikan ilustrasi, kebijakan terkait importasi kendaraan ditetapkan oleh Pemerintah, kebijakan membuat jalan baru dan pengembangan infrastruktur juga menjadi tanggung jawab Pemerintah. Nah, analisisnya adalah, ketika Importasi kendaraan bermotor dan daya beli masyarakat tidak lagi sebanding dengan jumlah jalan serta panjang jalan yang ada maka jalan-jalan utama kita lebih tepat disebut sebagai lahan parkir untuk kendaraan ini, setidaknya jutaan kendaraan roda empat, parkir dari  daerah pinggiran jakarta berniat memperebutkan lagi-lagi parkiran yang terletak di pusat kota Jakarta. Tepat pada waktunya, seorang relawan yang begitu prihatin atas kondisi carut marut jalanan ini turun tangan membantu mengurai kondisi yang tidak mau diurusi oleh yang bertanggungjawab sebagai pengatur jalan, entah kenapa setiap terjada kemacetan, tidak pernah yang muncul dihadapan kita seorang Polisi lalu lintas atau DLLAJR, dimana mandat pekerjaan mereka kita pahami sebagai si-empunya jalanan. Dan lalu, Kemana negara dan aparatnya, ketika mereka selesai membuat kebijakan yang begitu menguntungkan dari sisi pajak dan income negara, pada sa'at kebijakan itu bermasalah mereka menghilang seakan merasa itu bukan lagi tanggungjawabab mereka. Apakah ada yang sadar bahwa masyarakat memperhatikan itu. Penulis tidak ingin mengatakan, bahwa kebijakan yang dibuat seakan model dan strategi penyamun moderen, dimana targetan mendapatkan uang masuk unutk kepentingan pajak pada kendaraan dan pegguna jalan adalah cara negara dan aparatur merampok rakyat dengan aling-aling pajak. Sehingga seorang Pak Ogah selayaknya mendapatkan penghargaan lebih dari hanya sekedar caci maki dan persenan seratus rupiah. Karena dia adalah relawan yang loyal terhadap kostumernya dan bersedia memberikan dukungan terbaik dengan keterbatasan yang dimilikinya, pada sa'at negara dan aparatnya duduk santai dikursi goyang mereka.(Google+)  
Posted by: Konsultan Pemberdayaan Konsultan Manajemen Updated at : 06.19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar