Minggu, 13 Januari 2013

Komunalitas dan ketersedian SDA

Komunalitas dan ketersedian SDA
Merefleksikan pengalaman penulis selama di Gunung talang, Nagari Batu Bajanjang pada 2011 yang lalu. Sebuah pengalaman, yang penulis rasa akan sangat berguna sebagai media refleksi diri melihat bagaimana alam mempengaruhi semangat komunalitas manusia dan menjadikan kita begitu dekat satu dengan yang lainnya, dan menunjukan, keberadaan kita  sebagai manusia yang memiliki ketergantungan. Pengalaman ini diawali dari mandi pagi di Nagari Batu Bajanjang, adalah sebuah kebiasaan yang rutin bagi tim pendamping pada waktu itu, menikmati sumber air panas yang berada pada tiga lokasi berbeda tapi berdekatan, yang memisahkan bak mandi laki-laki dan perempuan. Penulis tersadar, begitu melihat banyaknya peserta pemandian yang datang dari penjuru desa, untuk membersihkan tubuh. Para peserta mandi, berbagi ruang dan tempat, tentu saja dengan standar kesopanan yang umum berlaku, yaitu dengan memakai celana pendek. Bukan cara mandi sebenarnya yang ingin penulis soroti, tapi bahwa, keberadaan kolam sumberdaya air panas telah menciptakan ruang sosial, dimana ikatan sosial dan kemanusiaan tercipta dan terawat. Didalam kolam ini pula pembicaraan-pembicaraan ringan mengenai apa yang terjadi kemarin, apa yang akan dilakukan hari ini, serta berita terbaru mengenai perairan sawah kadang muncul. Bagi penulis dan tim sendiri, kesempatan ini berguna sekali sebagai  refleksi masyarakat Batu Bajanjang terhadap anggota masyarakat yang lain. Dimana perawatan kolam sumber air panas juga menunjukan bagaimana hubungan mamak dan kemenakan. Penulis percaya, ini tidak terjadi hanya di Gunung Talang, Nagari Batu Bajanjang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat saja. Tapi Penulis begitu yakin, hal yang sama juga terjadi diwilayah lain di Indonesia, dimana sesungguhnya sumberdaya alam telah menjadi indikator relasi sosial dalam kelompok dan berkontribusi pada keberdayaan kelompok dan individu. Sehingga jika kita sadari, bagi kelompok masyarakat tertentu, sumberdaya alam memiliki nilai yang bukan hanya sekedar nilai ekonomis, akan tetapi memiliki nilai budaya dan sosial yang dirawat untuk keberlangsungan generasi dan masyarakat. Pada sisi yang lain, jika kita juga melihat ada perebutan sumberdaya alam yang disebabkan oleh otoritas pemerintah, maka disa'at itulah individu, kelompok, dan pemerintah lupa akan identitas budaya dan sosial mereka yang berarti perebutan itu mengabaikan nilai-nilai kebangsaan dan integritas Nasional. (Google+)   
Posted by: Konsultan Pemberdayaan Konsultan Manajemen Updated at : 09.58

Tidak ada komentar:

Posting Komentar