Rabu, 14 September 2011

Tantangan pemberdayaan

konsultan, manajemen, csr
Salah satu yang menjadi tujuan dari upaya Pemberdayaan adalah membangun mentalitas yang merdeka dan kemandirian yang teruji. Sehingga nilai-nilai yang tumbuh tersebut dapat menjadi landasan dari prosess pembangunan, pengentasan kemiskinan atau mewujudakan kesejahteraan yang adil dan beradab. Belajar dari nilai dan tujuan tersebut, penulis memiliki pengalaman unik pada tahun 2011 ketika membantu sebuah lembaga kemanusiaan di Sumatera Barat dalam upaya membangun kemandirian dalam usaha pengurangan resiko bencana berbasis komunitas. Sebuah proyek ambisius yang mencoba membangun kemandirian melalui penyadaran masyarakat terhadap ancaman alam dan didanai oleh donor agency yang penulis kira juga ambisius karena hanya mengalokasikan waktu 1 tahun. Sebutlah telah terbentuknya sebuah forum lintas pihak yang melibatkan stakeholder yang berasal dari berbagai unsur dalam komunitas dan tahapan selanjutnya adalah membuat kontrak sosial atau kesepakatan sosial sebagai landasan kesepakatan dan aturan main dalam forum tersebut. Setelah aturan main yang dirasa perlu disusun maka dengan semangat kebersamaan para anggota forum dengan semangatnya mengajak para anggota yang lain unutk membubuhi kesapakatan tersebut dengan tandatangan sebagai simbol komitment, tiba-tiba dalam proses yang terlihat begitu positif satu dan dua orang anggota forum mengatakan bahwa kesepakatan dibuat adalah untuk dilanggar. Seketika membuat penulis dan para pelaku pemberdaya menjadi tersentak kaget dan geleng-geleng kepala, kejadian didaerah yang cukup terpelosok dan jauh dari kehidupan kota ini mengingatkan penulis pada keterpurukan mentalitas bangsa dan pemimpin yang sering menunjukan prilaku pelanggaran terhadap konstitusi pada sa'at mereka dengan gagahnya mengatakan kita akan tegakan keadilan atau berantas korupsi. Pagi ini penulis ingin sampaikan adalah kepercayaan dan komitment untuk menyatakan diri bahwa tunduk dan patuh pada sebuah aturan, sangat menentukan akan seperti apa masa depan kita baik sebagai individu maupun kelompok, walaupun pendekatan partispatif (botom-up) yang digunakan. Jika mentalitas yang menjadi masalah mungkin lebih baik menyelesaikanya terlebih dahulu. (Google+)
Baca Juga: Pemberdayaan dan Pengurangan risiko bencana 
Sumber Foto: Konsultan Pemberdayaan 
Posted by: Konsultan Pemberdayaan Konsultan Manajemen Updated at : 08.21

Tidak ada komentar:

Posting Komentar