Sedikit cerita bagaimana CSR menjadi begitu populer pada sa'at ini, dimana trend korporasi yang membangun pengabdian kepada masyarakat dengan berbagi semangat kemanusian dan lingkungan hidup sesungguhnya sudah sejalan dengan kerangka berpikir pembangunan lestari. Tiga kerangka pembangunan lestari yang menjadi pembicaraan diman-mana mendapat respon positif dari semua kalangan termasuk perusahaan. Respon positif ini juga coba ditunjukan dengan bukti konkrit terhadap pembangunan lestari tersebut. Beberapa contoh aktivitas yang sering digunakan antara lain, memberikan pinjaman bergulir dengan tujuan memaksimalkan ikatan sosial masyarakat untuk membangun, serta memperkuat basis ekonomi sebagai upaya mandiri. Selain itu, aktivitas pendampingan kelompok rentan sering menjadi bentuk kontribusi lain terhadap pembangunan lestari, yaitu dengan menjadikan kelompok rentan sebagai kelompok yang memiliki kekuatan spesifik dalam berbagai bidang. Walupun kadang yang sering menjadi bentuk kontribusi adalah keberdayaan ekonomi. Strategi yang umum digunakan oleh perusahaan adalah mengkerangkai aktivitas tersebut dalam konsep CSR. Tapi semua upaya berkontribusi terhadap pembangunan lestari, seakan menjadi berantakan pada sa'at model pengelolaan CSR hanya memprioritaskan kekuatan ekonomi dan pertumbuhan sebagai garda depan. Dan menjadi sia-sialah, ketika faktor sosial dan lingkungan tidak berbunyi dalam sebuah prioritas program. Adalah baik, jika sebuah progam dapat dibuktikan dan dapat diukur dampknya. tapi dalam kajian sosiologi, intervensi yang sifatnya jangka pendek tidak akan banyak memberikan dampak perubahan terhadap kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan secara masif. Pendekatan sektoral ini sering menjadi strategi andalan CSR karena terbatasnya sumberdaya manusia yang benar-benar memahami keterpaduan antara tiga pilar pembangunan lestari dengan tingkat kesadaran yang mendorong daya guna serta kemandirian manusia. Mewujudkan keterpaduan pilar sosial, ekonomi dan lingkungan sejatinya dapat didasarkan pada timbang rasa dan nilai standar yang berlaku. Yaitu nilai-nilai kesetaraan, transparansi dan keterpaduan. Dan tentu saja ini memerlukan waktu yang cukup bagi seseorang agar menemukan pakem yang terukur dan sistematis. Dan secara prinsip niali nilai yang penulis sebutkan tadi, merupakan prinsip-prinsip nilai yang idealnya digunakan dalam setiap program CSR sehingga apa yang diwacanakan oleh pembangunan lestari, juga, menjadi agenda dari CSR yang telah terintegrasi dalam konsepsi dan prilaku pembangunan yang selalu mempertimbangkan kualitas dan kuantitas intervensi. (Google+)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar