Kamis, 26 Juni 2014

Manajemen Kawasan, Politik Kelautan

manajemen kawasan politik kelautan
Beberapa bulan belakang, seiring waktu, wacana perubahan konsep politik Indonesia lambat laun menjadi tranding topik. Upaya mengembalikan peran laut yang jika diukur dan diperbandingan pada sisi alokasi kawasan hampir 80 persen merupakan sumberdaya yang terabaikan. Para calon presiden berupaya mengembalikannya menjadi kekuatan dari tatakelola politik dan ekonomi masa depan Indonesia. bukan hanya 1 calon presiden yang berusaha memunculkan analisis ini, tapi kedua presiden yang menjadi pemain utama dalam pemilu 2014. Jika dilihat kebelakang, dalam sejarah pembangunan Indonesia, memang sangat dipengaruhi oleh cara pandang pembangunan yang beroreintasi pada pemanfa'atan daratan sebagai basis dan kekuatan, tapi sadar atau tidak arah pembangunan beroritentasi daratan ini gagal menjawab kompleksnya persoalan ketergantungan ekonomi pada dana asing dan mental masyarakat yang tekondisikan pada skema kestabilan dan tidak siap menghadapi ketidaktentuan, dimana mental model yang berdampak pada pembatasan kreatifitas dan tidak sensitif pada ekstraksi sumberdaya alam yang berlebihan dan pencemaran adalah prilaku individu sehari-hari yang masyarakat sering aminkan. Lalu pertanyaannya bagaimana seharusya bersikap secara mental, terutama untuk kita sebagai masyarakat memastikan bahwa ketika para pemimpin yang kedua-duanya dalam konsep kampanyenya berpihak pada rakyat ini mendapat dukungan ketika mereka benar-benar menjadi presiden. Sehingga mereka juga tidak kebingungan dan baru mempelajari apa yang sedang terjadi ditingkat akar rumput. Penulis menyadari bahwa politik berorientasi kawasan ini tidaklah mudah untuk diwujudkan sehingga tantangan awal yang akan dihadapi oleh presiden baru adalah gaya birokrasi  yang beroirentasi urban dan mengabaikan daerah pedesaan, dimana sumberdaya manusia yang seharusnya bekerja untuk lapisan pedesaan pada masa 20 tahun terakhir banyak tergantung kebaikan hati industri yang tidak relevant dengan pendidikan mereka, seperti orang hanyut dan tidak tentu arah para sarjana pertanian dan kelautan patah arang dalam melihat masa depan mereka ketika menyadari bahwa sistem birokrasi dan kebijakan politik begitu kuat dipengaruhi oleh cara pandang urban yang mengabaikan daya dukung pinggirian sebagai penentu dalam pembangunan Indonesia. Masa kepemimpinan presiden yang berorientasi pada manajemen kawasan berbasis kelautan adalah masa kepemimpinan yang begitu lama dinanti selain melimpahnya SDM yang ada tapi begitu kecilnya ruang yang diberikan selama ini, membuat begitu banyak orang berharap, bahwa pergantian presiden kedepan benar-benar memberikan dampak strategis pada kawasan laut dan daerah pedesaan dan memanfaatkan SDM yang ada. (Google+)
Sumber Foto: budiyantoug.wordpress.com 
Posted by: Konsultan Pemberdayaan Konsultan Manajemen Updated at : 06.56

Tidak ada komentar:

Posting Komentar