Senin, 04 Januari 2016

Wajib CSR, Relevansi dengan semangat SDGS

konsultan manajemen
Lumayan lama rasanya penulis vakum menceritakan fenomena dan perkembangan CSR sebagai amal baik perusahaan dan kondisi situasional Indonesia terkini. Kenapa begitu, berbagai bentuk badai, dan tantangan sosial, ekonomi dan lingkungan yang sekarang dihadapi oleh negri kita. Dimana yang menerima dampaknya bukan saja masyarakat akan tetapi juga perusahaan. Beragai forum tingkat tinggi telah dilakukan dan upaya pendaanan yang secara intensive diusahakan. Akan tetapi secara umum tidak begitu terlihat perkembangan yang signifikan dari upaya-upaya tersebut. Semuanya seakan menuang garam ke lautan, dimana perubahan yang diharapkan tidak memberikan dampak. Hiporbolik ya, bisa dikatakan seperti itu. Sebagai sebuah contoh, beberapa waktu lalu. Kebakaran hutan dimana-mana dan disana juga kita bertanya, bagaimana program CSR perusahaan yang sebelumnya bercokol disana. Apakah masih relevan mengatakan bahwa, upaya CSR yang pernah dilakukan sebelumnya membekas pada prilaku perusahaan atau masyarakat sekitar perusahaan. Dalam pejalannnya, praktik CSR yang masih sulit diukur dampaknya pada pembangunan ini mesti menyesuaikan dengan Tujuan pembangunan berkelanjutan, atau yang disebut dengan SDGs. Lalu sebaiknya bagaimana menempatkan tujuan CSR dan kesesuainnya dengan SDGs dan bagaimana praktiknya, jika dalam kerangka CSR sendiri, masing-masing perusahaan masih sulit mensyinkronkan tata kelola CSR dengan fakta dilapangan. Adalah sebuah tantangan bagi para pihak yang ingin mewujudkan dunia yang lebih baik. Jika kita ambil contoh tujuan pertama saja "menghentikan kemiskinan dalam bentuk apapun" dengan lima tolak ukur dan 2 sub-tolak ukur turunan. Merujuk pada fakta pembakaran hutan dan perbutan lahan yang terjadi di Indonesia kita mungkin pesimis ini bisa diwujudkan. Akan tetapi, apakah pesimistis ini akan menjadi acuan kita sebagai alasan tidak melakukan apa-apa, tentu tidak. Karena itu, semakin kita menyadari kelemahan yang kita miliki sebagai bangsa dan warga negara, menjadi sebuah kewajiban memulai kerangka perubahan, dengan sedari awal semangat SDGs adalah bentuk investasi pada generasi muda dan atau bentuk kesadaran akan kepemilikan generasi pada masa datang. Sehingga menciptakan contoh generasi bisnis yang akan menjadi bintang pada masa datang adalah sebuah upaya menciptakan pengaruh perubahan, dan mungkin dimulai dari penghentian kebijakan pembakaran hutan akan menjadi pembuka upaya membangun masa depan ini dan menciptakan relevansi CSR dengan SDGS.
Baca Juga: Berdaya Sebagai Karakter Organisasi bukan Cita-cita
Sumber Foto: Konsultan Pemberdayaan
Posted by: Konsultan Pemberdayaan Konsultan Manajemen Updated at : 09.35

Tidak ada komentar:

Posting Komentar