Sebuah tulisan yang dikaryakan oleh teman-teman pemberdaya muda memberikan inspirasi pada penulis untuk mencarikan alat bukti bagaimana tulis menulis bisa menjadi alat pemberdayaan, selain sebagai alat pemberdayaan juga sebagai media komunikasi antar pekerja Sosial Bisnis Enterprise atau istilah lainnya, kewirausahaan sosial saling mengenal dan mencari induk semang sebagai rujukan, role model atau perbandingan. Pada sisi lain juga mencari jaringan untuk saling belajar, dan mendapatkan kenalan untuk berbagi duka serta cerita pedih bagaimana sebuah model kewirausahaan sosial mendapatkan penolakan dari komunitas mereka sendiri. Mungkin refleksi diatas akan sulit ditemukan dalam kenyataan, dimana pada pemilik usaha sosial ini mencurahkan hati mereka sekaligus mencurahkan suka duka mereka. Kali ini penulis ingin mengajak pembaca melihat sebuah model bisnis journalis yang dirintis lebih dari 15 tahun, terpencil berpusat di Aceh. Sebuah media bertajuk, Perempuan Cerdas dan Kritis. Apakah para pembaca ada yang mengenali media ini? ya, Potret sebuah media yang penulis pikir sangat dalam dedikasinya pada perempuan dan anak serta pada penulis yang memiliki perhatian pada tema tersebut. Faktanya, dari narasumber terpercaya, media ini dibiayai dari usaha jualan baju dan souvenir dari sang istri yang bersedia berbagi dengan suaminya untuk menyampaikan pesan keberdayaan perempuan dan keberdayaan para penulis untuk mendapatkan wadah yang secara rela mendisitribusika konsep, karya dan isu-isu terbaru tentang kondisi sosial, fenomena sosial dan tantangan sosial. Secara eksplisit juga, ada usaha untuk mengkomersilkan media ini, tidak hanya pada level lokal tapi juga pada level yang lebih tinggi yaitu nasional. Media cetak dan elektronik ini menurut penulis layak dinyatakan sebagai model bisnis sosial yang penuh dedikasi dan prinsip gerakan perempuan dan sosial, serta penguatan. Lalu pertanyaan penulis apakah media berbasis profit yang biasanya lahir dari kepentingan membangun profit dan return juga secara cerdas memberikan ruang bagi perempuan kritis dan cerdas, atau hanya sekedar menjadi media tempat bagaimana komunitas usaha profit yang lain menyalurkan dana iklan mereka. Pada sisi lain, kesulitan membangun daya kritis untuk publik. Secara khusus dari model bisnis beraliran pemberdayaan Majalah Potret layak mendapatkan nilai 10. Dan dari dedikasi pada isu 10,5, yaitu menakjubkan. Saran penulis, bagi perusahaan CSR yang ingin belajar tentang media dengan dedikasi dan aliran pemberdayaan, ini adalah rujukan utama yang layak di jadikan sumber utama. Penasaran dengan majalah ini, silahkan klik saja link sumber foto dibawah ini.
Baca Juga: Wirasuaha Sosial &Trend Bisnis 2016
Sumber Foto: Majalah Potret